Rabu, 05 Oktober 2016

Modul: Kiat Mengajarkan Peribahasa


Oleh Drs. Pratomo Hadi P.*

      Haim G Ginott mengatakan, “Teachers are expected to reach unattainable goals with inadequate tools. The miracle is that at times they accomplish this impossible task. “(Para guru diharapkan untuk menggapai tujuan yang tak terjangkau dengan peralatan yang tidak memadai. Keajaiban yang terjadi ketika mereka mampu menyelesaikan tugas yang mustahil.
      Begitu juga sebagai guru mata pelajaran harus dapat mengajarkan kepada para murid apapun keadaan sekolah, keadaan peralatan dan keadaan yang ada. Guru dituntut harus mencapat tujuan mencerdaskan anak bangsa, tidak hanya itu menyejahterakan anak bangsa dengan cara belajar yang baik dan beretika. Salah satu tugas guru bahasa Indonesia harus dapat mengajarkan peribahasa dengan peralatan seadanya. Hal ini merupakan hal yang gampang-gampang susah. Gampang kalau sudah tahu caranya. Menjadi susah karena siswa kurang tertarik dan tak tahu sama sekali. Padahal peribahasa itu harus dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.  Untuk mendalami materi ini siswa harus diajak mendalami pengertian peribahasa. Peribahasa itu apa si? Baru setelah itu guru memilih menggunakan metode dan media apa? Guru sudah mempersiapkan lebih dahulu.
     Arti peribahasa adalah 1). kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu ( yang termasuk peribahasa adalah bidal, ungkapan, perumpamaan) 2). Ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan  tingkah laku. (KBBI)
Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan sidiran dsb.
Pepatah artinya peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (biasa dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara) Seperti : Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya  orang  yang tidak berilmu banyak bualnya.
Perumpamaan artinya perbandingan, ibarat. Misalnya: Masak ibumu diumpamakan parasit, keterlaluan perumpamaan itu.  Peribahasa yang berupa perbandingan misalnya: Bagai anak ayam kehilangan induknya.
   Dalam mengajarkan peribahasa ini guru mau manual atau mau menggunakan komputer? Kalau manual guru mencari gambar-gambar yang ada hubungannya dengan peribahasa. Gambar katak, gambar udang, ikan, daun alas dan sebagainya. Gambar itu dimasukkan dalam amplop. Satu amplop disediakan 15 gambar.  Nah setelah menemukan gambar-gambar itu anak diminta mendiskusikan dalam kelompok untuk mencari peribahasa sesuai dengan gambar yang disediakan. Perintahnya, buatlah 15 peribahasa!
   Jika menggunakan komputer, guru menyiapkan power point. Isinya foto-foto sesuai atau gambar baraang atau gambar perilaku yang bisa disusun menjadi peribahasa.
Misalnya: gambar murid. Tampilkan gambar murid yang sedang dihukum supaya merokok.  Ini hukuman kurang mendidik. Benar-benar dapat mengakibatkan kematian.


Gambar dihukum karena ketahuan merokok.

Coba anak-anak carikan peribahasa yang sesuai dengan gambar di atas? Apa artinya?
Kemungkinannya:
  1. Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Maksudnya, apabila guru, orangtua, pemuka agama, pejabat pemerintah memberi contoh yang tidak baik, murid atau anak akan menirukan yang lebih tidak baik lagi.  Kalau orangtuanya melakukan hal yang tidak baik, anak akan mudah sekali menirukan perbuatan tersebut.
  2. Anak polah bapa kepradah. Artinya, apabila anak bertingkah laku kurang baik bapaklah yang yang direpotkan, bapaklah yang menanggung malu, menanggung membiayai dan sebagainya.
  3. Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam. Artinya, sesuatu hal yang tak dapat dirasakan. Tetapi siswa-siswa ini dapat merasakan enaknya rokok tetapi tidak enaknya hukuman. Sebagai orangtua tentu kita mengajak siswa tidak merokok karena sebenarnya hanya sia-sia membuang asap yang tak dapat ditangkap atau digenggam.
  4. Api dalam sekam. Artinya, hal-hal yang tidak baik dan tidak tampak akan semakin membahayakan. Ya misalnya merokok, minum miras, mencontek itu hal-hal yang tidak tampak tetapi sangat membahayakan kesehatan tubuh dan jiwa kita.
  5. Bagai anak ayam kehilangan induk. Artinya, bercerai -berai karena kehilangan tumpuan.  Siswa merokok itu mungkin menirukan orang-orang di sekitarnya. Karena memang keadaan masyarakat di sekitarnya masih mengenal merokok dan tak ada orang yang dapat diteladani. Sangat jarang orang dewasa laki-laki tidak merokok.
  6. Bagai api dengan asap. Artinya, tak dapat dipisahkan. Merokok pasti menghasilkan asap. Perbuatan ini ada sebab pasti ada juga akibatnya. Perbuatan yang kurang baik tentu akan mendatangkan juga mala petaka.
  7. Bagai musang berbulu ayam. Artinya, orang jahat bertingkahlaku sebagai orang baik. Kita pun kadang baik di hadapan orangtua, namun diam-diam melakukan hal tidak baik. Nah siswa itu pun juga kemungkinan diam-diam merokok sehingga dihukum oleh gurunya spaya merokok yang banyak biar puas. Namun hukuman ini kurang mendidik.
  8. Bagai telur di ujung tanduk. Artinya, terancam bahaya. Anak-anak demikian ini berisiko. Merokok ini dapat mengakibatkan sakit paru-paru pada perokok aktif maupun perokok pasif.
  9. Belum bertaji hendak berkokok. Artinya belum berilmu sudah menyombongkan diri. Kadang merokok ingin mempertontonkan kehebatannya. Namun sayangnya belum bisa menncari sendiri. Uang saja masih minta orangtua. Biasanya orangtua bilang nanti kalau sudah bisa mencari sendiri ya boleh merokok. Tapi pengaruhnya ditanggung sindiri.
  10. Bermain air basah, bermain api hangus. Artinya, setiap pekerjaan ada  susahnya. Mereka perokok ini bermain api karena menggunakan api. Perbuatan ini pasti ada risikonya.
  11. Di mana kayu bengkok, di situ musang mengintai. Artinya, orang yang sedang lengah mudah dimanfaatkan musuhnya. Anak-anak itu masih rentan mudah lengah mudah dimanfaatkan oleh yang lain untuk melakukan hal-hal yang  kurang baik.
  12. Merokok membunuhmu. Artinya, jika kamu suka merokok, dapat mengakibatkan kematian.
Gambar kedua:

Gambar apa anak-anak? Tentu gambar para siswa memberi salam kepada bapak ibu guru sebelum masuk kelas.
Peribahasa apa yang sesuai dengan gambar di atas? Apa artinya?
Kemungkinannya:
  1. Ada ubi ada balas. Artinya, ada budi ada balas. Seorang guru berbuat baik, sopan kepada anak didiknya walaupun tidak minta balasan, namun sebagai anak tentu akan mengingat kebaikan guru tersebut.
  2. Adat muda menanggung rindu adat tua menahan ragam. Artinya, orang muda harus sabar dalam meraih cita-cita.  Sebagai pelajar kan masih muda ya belajar dari yang tua gurunya tentu sudah lebih banyak pengetahuannya.
  3. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya sifat-sifat anak biasanya menurun dari orangtua yang mengajarkannya. Kalau orangtua tidak mengajarkan karena keterbatasan, ya menurun dari guru yang mengajarkan. Karena itu guru harus belajar supaya tidak kalah dengan yang diajarkan. Ada istilah dalam bahasa Jawa, Kebo nusu gudel. Artinya orang tua malahan berguru kepada yang muda. Hal ini saat ini sangat mungkin terjadi ketika orangtua belajar tentang elektronik. Orangtua belajar menggunakan HP misalnya, belajar dari anaknya.
  4. Air jernih ikannya jinak. Artinya negeri yang serba teratur dengan penduduknya akan serba baik pula budi bahasanya. Tentu situasi di sekolah harusnya jernih, tenang, nyaman, terkendali, aman, bersih sehingga warga sekolah akan mudah belajar menjadi baik budi bahasanya.
  5. Bahasa menunjukkan bangsa. Artinya, budi bahasa atau tutur kata menjunjukkan sifat atau tabiatnya. Guru dan siswa tentu menggunakan bahasa yang sopan, beretika supaya anak-anak ini menjadi bangsa yang baik pula perilakunya tidak pernah malak dan tak pernah curang.
  6. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Artinya, bersama-sama dalam suka dan duka, baik buruk sama ditanggungnya. Maksudnya guru dan guru, guru dan murid, murid dan murid bekerja sama dalam belajar bersama alias kompak. Mereka suka, suka bersama. Mereka duka, duka bersama. Ada pekerjaan ya kerjakan bersama. Tetapi kalau ulangan atau ujian tak boleh kerja sama.
  7. Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi . Artinya, belajarlah sungguh-sungguh jangan tangung-tangung. Para siswa dengan didampingi guru belajarlah yang serius jangan hanya pura-pura. Kalau belajarnya hanya pura-pura akibatnya ya tidak akan berhasil atau tidak naik kelas atau mungkin tidak lulus ujian.
  8. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Artinya, kita harus menyesuaikan diri dengan adat dan keadaan yang kita tinggali. Kita tidak boleh melawan adat di sekitar tempat tinggal kita. Adat bangsa Indonesia ini sudah dilaksanakan turun-temurun dan teruji kerukunan dan kemakmurannya. Janganlah dikacaukan oleh pengarus-pegaruh yang negatif.
  9. Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai. Artinya, orang yang hidup hemat akan kaya, orang yang rajin belajar akan pandai. Nah itu kunci kesuksesan orang belajar. Kalau rajin belajar ya akan sukses seperti orang yang rajin menabung ya akan kaya.
  10. Malu bertanya, sesat di jalan. Artinya, kalau tidak mau berikhtiar tidak akan mendapatkan kemajuan. Jangan malu bertanya karena orang bertanya itu sebuah ikhtiar atau usaha ingin tahu. Guru juga nggak boleh marah kalau ada murid yang bertanya.

Itu tadi sekelumit kiat mengajarkan peribahasa di kalangan para siswa SMP atau SLTA. Semoga pengetahuan sekelumit ini dapat menjadi masukan berharga bagi guru-guru bahasa Indonesia. Dengan demikian kita berharap generasi berikut gemar menggunakan peribahasa  sebagai alat berkomunikasi.(*Guru DPK di SMA Santo Agustinus Purbalingga dan di SMAN 1 Padamara dan mengajar di AKPER YAKPERMAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar