Kamis, 30 Agustus 2012

Modul: Diksi Kosa Kata Bahasa Indonesia Baku

        Menurut kamus, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. 
Masalah
Apakah kata-kata di bawah ini sudah tepat?
01. Mana yang artinya diam? A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Mana yang baik? A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Mana yang benar? A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak senonoh.
04. Mana yang baku? A. Kita harus mengubah perilaku. B. Kita harus merubah perilaku.
Apa kata dasarnya? Apa imbuhannya?
05. Mana yang baku? A. Perawat hendaknya peduli dengan keadaan pasien. B. Perawat hendaknya perduli dengan keadaan pasien.

Penjelasan:
1. geming; ge.ming
[Jk] , ber.ge.ming v tidak bergerak sedikit juga; diam 
2. konsumerisme; kon.su.mer.is.me
[n] (1) gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan; (2) paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yang tidak hemat: -- jangan sampai ditumbuhkan dalam masyarakat.

3. senonoh; se-no-noh. a. tidak ..., kurang ... tidak patut, tidak sopan, tentang perrkataan, perbuatan, tidak menentu, tidak manis dipandang.
4. mengubah; meng.u.bah
[v] (1) menjadikan lain dari semula: timbul niatnya untuk ~ kebiasaan yang buruk itu; (2) menukar bentuk (warna, rupa, dsb): operasi telah ~ hidungnya yang pesek menjadi agak mancung;; (3) mengatur kembali: ~ susunan kalimat. Kata merubah tak ada dalam kamus.
5. peduli; pe-du-li. mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Mereka asyik mempercantik diri, mereka tidak ... pasien berteriak-teriak. Kata perduli tak ada dalam kamus.

Kesimpulan yang benar:
01. Yang artinya diam jawaban B.  A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Kalimat yang baik B.  A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Jawaban yang benar B.  A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak boleh senonoh
04. Kalimat yang baku A. A. Kita harus mengubah perilaku. B. Kita harus merubah perilaku.
Apa kata dasarnya? Apa imbuhannya?
05. Kalimat yang baku A. A. Perawat hendaknya peduli dengan keadaan pasien. B. Perawat hendaknya perduli dengan keadaan pasien.

Kata Baku dan Tidak baku
apotek - apotik
atlet - atlit
bus    -bis
cenderamata - cinderamata
konkret - konkrit-kongkrit
sistem - sistim
telepon - tilpon-telpon
pertanggungjawaban - pertanggung jawaban
utang - hutang
pelanggan - langganan
hakikat - hakekat
kaidah - kaedah
dipersilakan - dipersilahkan
anggota - anggauta
pihak - fihak
disahkan - disyahkan
lesung pipi - lesung pipit
mengubah - merubah
mengesampingkan- mengenyampingkan
kualitas - kwalitas
universitas - university
teater - theatre
struktur - structure
monarki - monarkhi
devaluasi - defaluasi
abstrak - abstrac
akomodasi    - akomodir
legalisiasi    - legalisir 
diagnosis    -diadnosa
hipotesis    -hipotesa 
kultur - culture
deputi - deputy
sekuritas - Security
aktivitas - aktifitas
relatif - relative
repertoar - repertoire
teknologi - tekhnologi; technologi
elektronik - electronik
direktur - director
konduite - kondite
akuarium - aquarium
kongres - konggres
hierarki - hirarkhi
aksi - action
psikiatri - psychiatry
grup
- group
rute - route
institut - institute
aki - accu
taksi - taxi
sekadar - sekedar
memesona - mempesona
imbau - himbau
berpikir - berfikir
nasihat - nasehat
terempas - terhempas
pukul 19.30 WIB - jam 19.30 WIB
standardisasi - standarisasi
objek - obyek
sportivitas - sportifitas
sportif - sportip
aktivitas - aktifitas
aktif - aktip
pengkreditan - pengreditan
mengkreditkan - mengreditkan
antarnegara - antar negara
pascapanen - pasca panen
dasawisma - dasa wisma
pancaroba - panca roba

Latihan Soal:
1. Banyak persoalan korupsi di Indonesia ini bergeming.
    Kata 'bergeming' berarti ...
    A. tak berubah       C. disidang             E. tuntas
    B. berubah             D. terselesaikan  


2. Kalimat yang menggunakan kata yang baku ...
    A. Pada tahun ajaran baru kita sudah mulai beraktifitas. 
    B. Pada paska panen, harga jagung biasanya murah.
    C. Pada musim panca roba biasanya banyak orang sakit.
    D. Grup bulutangkis kita menang.
    E. Route perjalanan kita sudah diusahakan yang terpendek.

3. Penggunaan kata konsumerisme yang tepat terdapat pada ...
   A. Kita perlu hidup konsumerisme.
   B. Konsumerisme diperlukan untuk mengentaskan kemiskinan.
   C. Konsumerisme membahayakan pikiran generasi muda.
   D. Bangsa yang konsumerisme akan meningkatkan produksi dalam negeri.
   E. Lebih baik konsumerisme daripada hidup hemat.

4. Deretan kata yang  penulisannya baku terdapat pada ...
    A. dasa wisma, taxi, himbau
    B. mengubah, berpikir, objek
    C. standarisasi, nasehat, sportip
    D. pengreditan, director, institute
    E. jam 19.00, aquarium, accu

5. Penulisan kata yang benar terdapat pada kalimat ...
   A. Masalahnya harus konkrit.
   B. Masalahnya harus kongkret.
   C. Masalahnya harus kongkrit.
   D. Masalahnya harus konkrete.
   E. Masalahnya harus konkret.

Melayang-layang di langit ada adcbe.

Senin, 27 Agustus 2012

Latihan Soal Paragraf

1. Apa yang dimaksud paragraf induktif?

2. Apa yang dimaksud paragraf deduktif?

3. Buatkan 4 pasang kata umum dan kata khusus!

4. Buatkan dua pasang kalimat umum dan kalimat khusus!

5. Apa pengertian paragraf analogi?

6. Buatkan paragraf analogi!

7. Mana yang paragraf analogi?
    A. HP dapat dipakai untuk berkomunikasi. Surat kabar juga dapat dipakai untuk menuliskan berita. Dengan demikian HP dan surat kabar mempunyai kesamaan.
    B. Kipas angin berputar menghasilkan angin untuk membuat nyaman ruangan. Roda berputar untuk menghasilkan gerak kendaraaan di atasnya. Jadi keduanya mempunyai fungsi yang berbeda.
    C. Korsleting listrik dapat menimbulkan kebakaran. Kebakaran menimbulkan penderitaan. Jadi banyak warga masyarakat kehilangan tempat tinggal karena korsliting listrik.
    D. Induk ayam kampung sangat melindungi anak-anaknya yang masih kecil. Jika ada orang yang mendekat. Induk ayam kampung itu akan menyerangnya. Bagaimana dengan induk manusia yang namanya ibu? Apakah ibu juga akan melindungi anak-anaknya? Seorang ibu yang baik tentu akan melindungi anak-anaknya. Kalau anaknya dinakali orang lain tentu ibunya akan membantu. Jadi seorang ibu yang baik seperti induk ayam kampung.
    E. Induk ayam kampung sangat sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil. Karena anaknya masih kecil induknya mencarikan makanan untuk mereka. Untuk mencarikan makanan, induknya mencakar-cakar tanah untuk mendapatkan makan yang diberikan untuk anak-anaknya. Karena anaknya diberi makan setiap hari anak ayam akan menjadi bertambah besar. Setelah anaknya besar barulah anaknya tidak dicarikan makan. Ia disuruh mencari makan sendiri.

8. Tulislah kalimat utamanya!
           Sepeda angin sangat membantu transportasi para pelajar. Mereka dapat berangkat ke sekolah lebih cepat dan lebih murah. Dokar pun sebenarnya juga angkutan yang sangat murah karena dikendalikan oleh binatang yang bahan bakarnya cukup ambil dari ladang berupa rumput. Yang sebenarnya kendaraan tradisional sangat membantu kegiatan warga masyarakat.


9. Apa objek yang dibandingkan dalam paragraf di bawah ini!
    Kertas putih akan menjadi apa tergantung pada orang yang akan memakainya. Kertas itu akan ditulisi dengan catatan harian kegiatan pemakainya. Atau mungkin kertas itu  untuk menggambar pemandangan alam di sekitarnya.  Anak kecil pun begitu baik buruknya tergantung pada orangtuanya dalam mendidik dan mengarahkan. Ia akan menjadi anak yang baik kalau orang tuanya memberi contoh dan mengarahkan ke hal-hal yang baik. Dengan demikian seorang anak seperti kertas putih yang akan diwarnai apa oleh orang dewasa di sekitarnya.

10.Apa hal yang dibandingkan dalam paragraf di bawah ini!
     Tentu anda sudah tahu tanaman hias. Bagaimana merawatnya?  Tanaman yang masih kecil dimasukkan ke pot yang cantik. Setiap hari tanaman itu disiram diberi pupuk dan diawasi supaya tidak hilang atau jatuh. Lama-lama tanaman itu akan menjadi besar dan menjadi tanaman hias yang indah. Begitu juga kalau merawat anak kecil. Kita berikan tempat yang nyaman. Setiap hari diberi asi dan dirawat jangan sampai jatuh atau dicuri orang. Dengan demikian kalau kita simpulkan. Merawat anak kecil seperti merawat tanaman hias.

Jawaban:
1. Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada akhir paragraf.
2. Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada awa paragraf.
3. Empat pasang kata umum dan kata khusus
    a. bunga-anggrek,melati, bougenvil
    b. kendaraan - sepeda,becak, bemo
    c. unggas - ayam,bebek, itik.
    d. binatang - kambing, sapi, kerbau

4. Dua pasang kalimat umum dan kalimat khusus
    a. Bunga yang tumbuh di taman beraneka warna. Bunga anggrek saja ada sepuluh warna.
    b. Kendaraan tradisional tidak menimbulkan polusi. Gerobag sapi juga tidak menimbulkan polusi.

5. Paragraf analogi adalah paragraf yang berisi perbandingan antara dua hal yang kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan persamaan tersebut.

6.Benalu adalah umbuhan yang tumbuh pada tanaman lain. Makanan yang dipakai untuk hidup benalu diambil dari tanaman yang ditempeli. Penyakit kanker juga hidupnya tergantung pada tubuh  pasien. Jadi penyakit kanker hampir sama dengan benalu yang menggerogoti.

7.Paragraf yang analogi adalah D

8. Kalimat utamanya, "Yang sebenarnya kendaraan tradisional sangat membantu kegiatan warga masyarakat."

9. Objeknya kertas putih dan anak kecil.

10. Objeknya merawat tanaman hias dan merawat anak kecil.

Rabu, 15 Agustus 2012

Paragraf dan Pengembangannya

Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea adalah kelompok kalimat yang berisi satu kesatuan ide berupa kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas.
Misalnya :
       Bunga mawar berwarna merah berada di taman itu sejak lama. Bunga anggrek pun juga ditanam oleh pemilik kebun itu. Serta bunga bougenville yang setiap musim kemarau bunganya menarik tetap dipelihara. Taman itu pun menjadi indah karena bunga beraneka macam dirawat di situ.

Pengembangan Paragraf
Paragraf di atas terdiri dari empat kalimat. Kalimat pertama sampai kalimat ketiga merupakan kalimat penjelas. Kalimat keempat merupakan kalimat utama. Kalau hanya terdiri dari satu kalimat, paragraf itu belum sempurna karena belum mempunyai kalimat utama. Paling tidak sebuah paragraf mengandung beberapa kalimat penjelas dan satu kalimat utama.

1. Pengembangan paragraf yang paling sederhana berdasarkan fungsinya. Paragraf pembuka, paragraf isi dan paragraf penutup.
Misalnya:
Paragraf Pembuka
Sekarang ini tanggal 16 Agustus 2012, sehari lai tepatnya kita memperingati hari kemerdekaan. Bangsa Indonesia termasuk kita ini sudah merdeka 67 tahun. Bagi sebuah bangsa tentu ini waktu yang tidak lama. Dan bangsa ini mempunyai kekayaan yang berlimpah. Namun sudahkah kita menjadi bangsa merdeka? Apakah kemerdekaan itu kita memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) ini untuk kesejahteraan rakyat Indonesia?

Paragraf Isi
   Untuk menjawab apakah kita sudah merdeka? Merdeka dari penjajah negara lain ya. Namun kita belum merdeka dari kebodohan dan kemiskinan. Bhakan masih banyak saudara=saudara kita yang tidak mengenyam pendidikan. Juga masih banyak saudara-saudara kita hidup di bawah garis kemiskinan. Karena itu SDA kita masih dimanfaatkan bangsa lain bahkan kekayaan laut kita pun masih dicuri oleh bangsa lain. Bangsa kita masih ketinggalan dalam memanfaatkan kekayaan kita sehingga bangsa Indonesia masih  termasuk negara berkembang.

Paragraf Penutup
   Dengan demikian kita sangat berharap kalau geneasi muda kita akan lebih maju pengetahuannya, lebih menguasai teknologi untuk mengolah SDA untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Demikianlah pidato saya saat memperingati kemerdekaan bangsa Indonesia ke 67 ini. Salam Merdeka!

2. Berdasarkan isinya, paragraf dibagi paragraf narasi, paragraf eksposisi, paragraf deskripsi, paragraf argumentasi dan paragraf persuasi.
Misalnya:
Paragraf Narasi : Paragraf yang berisi cerita.

Paragraf Eksposisi, paragraf yang berisi penjelasan.

Paragraf Deskripsi, paragraf yang berisi gambaran atau lukisan.

Paragraf Argumentasi, paragraf yang berisi pendapat yang disertai alasan.

Paragraf Persuasi, paragraf yang berisi ajakan.


3. Berdasarkan letak kalimat utamanya, peragraf terdiri dari paragraf deduksi dan paragraf induksi.
Musalnya:
Paragraf Deduksi. Paragraf yang kalimat utamanya terdapat di awal paragraf.

Paragraf Induksi. Paragraf yang kalimat utamanya di akhir paragraf.

Latihan:
Pilihlah jawaban yang paling benar!
Bacalah paragraf di bawah ini dengan cermat!
    Anak ibu Yanto menderita kekurangan gizi. Ia sudah dua bulan dirawat di puskesmas setempat. Namun keadaannya masih belum membaik. Anaknya tersebut hanya bisa berbaring di tempat tidur. Di desa itu ada 6 anak penderita gizi buruk seperti anak ibu Yanto dari 25 anak balita yang ada. Jadi hampir 30% anak balita di desa itu menderita gizi buruk.
1. Kalimat utama pada paragraf di atas adalah ...
    A. Anak ibu Yanto menderita kekurangan gizi.
    B. Ia sudah dua bulan dirawat di puskesmas setempat.
    C. Namun keadaannya masih belum membaik.
    D. Anaknya tersebut hanya bisa berbaring di tempat tidur.
    E. Jadi hampir 30% anak balita di desa itu menderita gizi buruk.

2. Ide pokok paragraf di atas adalah ...
    A. Anak bu Yanto sakit.
    B. Masih ada penderita gizi buruk di desa itu.
    C. Penderita gizi buruk dirawat di puskesmas.
    D. Anak bu Yanto sudah dirawat dua bulan.
    E. Pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur.

3. Paragraf di atas menggunakan penalaran ...
    A. induktif analogi            D. deduktif
    B. induktif pertentangan    E. induktif akibat sebab
    C. induktif generalisasi

Tangkaplah angin ebc

Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia



DEFINISI

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud / arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara.




SYARAT-SYARAT


1. SATU GAGASAN


Memiliki subyek, predikat, yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal. 

Pasien  harus diprioritaskan.     Obat cacing diminum
    S                     P                                   S                  P
Berolah raga itu penting.  Dewi menyuntik pasien
             S                     P            S       P                 O


2. SEPADAN
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan.
Tidak terdapat subjek ganda
Contoh : Orang itu gerak-geriknya mencurigakan
. Orang itu mencurigakan. Gerak-geriknya mencurigakan.
Kata penghubung intrakalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal
Contoh : Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
. Saya datang agak terlambat. Saya tidak dapat mengikuti pelajaran jam pertama.


3. PARALEL
Kesamaan/kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh : 

Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung jawab.


4. HEMAT
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Penghematan dalam penggunaan kata/frasa/bentuk lain yang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah dan tidak mengubah makna.
Contoh : Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari :
Hindari pengulangan subjek.
Contoh : Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh : Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1945.
Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Contoh : Sejak dari tadi dia hanya bermenung saja.
Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh : Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

5. CERMAT
Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata.
Tepat
Contoh : Ayah sedang memandang keindahan alam pegunungan.
Tidak menimbulkan penafsiran ganda
Contoh : Dia adalah istri Pak Lurah-yang baru.


6. SEJAJAR
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.

                 Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ia ke pinggir jalan.
               


7. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metoda penekanan antara lain :
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh : Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh : Kami pun turut dalam kegiatan itu.
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.


8. PADU
Kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Tidak bertele-tele
Contoh : Penetapan bahasa persatuan kita sangatlah mudah. Pada masa perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merasakan senasib, seperjuangan, serta satu cita-cita. Dengan kesadaran itu dan pemikiran yang mantap, rakyat Indonesia menetapkan bahasa nasional tersebut sebagai bahasa persatuan.
Menggunakan pola aspek+agen+verba
Contoh : Surat itu sudah saya baca.
Tidak menyisipkan kata di antara predikat dan objek pada kalimat transitif.
Contoh : Mahasiswa harus menyadari pentingnya perpustakaan.


9. LOGIS
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Rektor Universitas Jaya Raya kami persilakan untuk memberi sambutan.
                 Waktu dan tempat dipersilakan untuk memberi sambutan. Waktu dan tempat tak dapat dipersilakan. (tak logis)

Latihan:

1. Kalimat yang mengandung satu gagasan adalah ....
    A. Dia makan obat.
    B. Makan obat itu harus rutin karena  kambuh lagi.
    C. Obat itu racun yang dinetralkan untuk obat.
    D. Racun tikus membunuh tikus mati.
    E. Kucing makan tikus mati.

2. Kalimat yang subjeknya tunggal adalah ....
    A. Dokter dan perawat harus teliti.
    B. Penyakit kanker dapat diobati dari dini.
    C. Dokter perawat orang berpendidikan.
    D. Obat dan penyakit selalu bersaing.
    E. Biaya dan pengadaan ditanggung pasien.


3. Kalimat yang paralel adalah ....
    A. Ingin pandai rajin membaca, mendengarkan, dan tidur.
    B. Tabungan dapat dipakai untuk biaya rumah sakit, beli obat, makan-makan.
    C. Obat dapat menyembuhkan, menghilangkan, dan mahal.
    D. Orang makan supaya sehat, kuat, dan dapat melakukan ektivitas.
    E. Dokter memeriksa pasien agar sembuh, sehat, kembali dan dapat uang, 


4. Kalimat yang menggunakan penekanan  adalah ....
    A. Negara ini milik kita bersama. 
    B. Rakyat mempunyai hak untuk mengatur. 
    C. Rakyat mempunyai kewajiban juga untuk membangun. 
    D. Sumber daya alam tak boleh kita rusak.
    E. Di zaman ini kita semestinya berhati-hati, ya hati-hati, ingat hati-hati!


5. Kalimat yang logis adalah ....
    A. Dokter seperti robot.
    B. Makan malam sudah menyiapkan.
    C. Pak Dokter dipersilakan memeriksa pasien! 
    D. Tempat diminta untuk berbicara. 
    E. Saat ini waktunya makan obat.


abdec

Minggu, 12 Agustus 2012

Ejaan yang Disempurnakan


I. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

HurufNamaHurufNamaHurufNama
A aaJ jjeS ses
B bbeK kkaT tte
C cceL lelU uu
D ddeM memV vfe
E eeN nenW wwe
F fefO ooX xeks
G ggeP ppeY yye
H hhaQ qkiZ zzet
I iiR rer

B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf aeio, dan u.
Huruf VokalContoh Pemakaian dalam Kata
Di AwalDi TengahDi Akhir
aapipadilusa
e*enakpetaksore
emaskenatipe
iitusimpanmurni
oolehkotaradio
uulangbumiibu
* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf bcdfghjklmnpqrstvwxy, dan z.
Huruf KonsonanContoh Pemakaian dalam Kata
Di AwalDi TengahDi Akhir
bbahasasebutadab
ccakapkaca
dduaadaabad
ffakirkafirmaaf
ggunatigabalig
hharisahamtuah
jjalanmanjamikraj
kkamipaksasesak
rakyat*bapak*
llekasalaskesal
mmakakamidiam
nnamaanakdaun
ppasangapasiap
q**QuranFurqan
rraihbaraputar
ssampaiaslilemas
ttalimatarapat
vvarialava
wwanitahawa
x**xenon
yyakinpayung
zzenilazimjuz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan aiau, dan oi.
Huruf DiftongContoh Pemakaian dalam Kata
Di AwalDi TengahDi Akhir
aiainsyaitanpandai
auaulasaudaraharimau
oiboikotamboi

E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu khngny, dan sy.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di AwalDi TengahDi Akhir
khkhususakhirtarikh
ngngilubangunsenang
nynyatahanyut
sysyaratisyaratarasy

F. Pemenggalan

1.Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a.Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong aiau, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-labukana-u-la
sau-da-rabukansa-u-da-ra
am-boibukanam-bo-i
b.Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c.Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d.Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
2.Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a.Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b.Akhiran -i tidak dipenggal.
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c.Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3.Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan
(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen

[sunting]Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.


II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".
3.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
ampere
7.Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
8.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustushari Natal
bulan MaulidPerang Candu
hari Galungantahun Hijriah
hari Jumattarikh Masehi
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia TenggaraKali Brantas
BanyuwangiLembah Baliem
Bukit BarisanNgarai Sianok
CirebonPegunungan Jayawijaya
Danau TobaSelat Lombok
Daratan Tinggi DiengTanjung Harapan
Gunung SemeruTeluk Benggala
Jalan DiponegoroTerusan Suez
Jazirah Arab
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
11.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
12.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
13.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti dikedaridanyang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
14.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.doktor
M.A.master of arts
S.H.sarjana hukum
S.S.sarjana sastra
Prof.profesor
Tn.tuan
Ny.nyonya
Sdr.saudara
15.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapakibusaudarakakakadik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Surat Saudara sudah saya terima.
"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
16.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring

1.Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2.Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3.Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

III. Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan

1.Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
  • bergeletar
  • dikelola
  • penetapan
  • menengok
  • mempermainkan
2.Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • bertepuk tangan
  • garis bawahi
  • menganak sungai
  • sebar luaskan
3.Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • menggarisbawahi
  • menyebarluaskan
  • dilipatgandakan
  • penghancurleburan
4.Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipatimahasiswa
aerodinamikamancanegara
antarkotamultilateral
anumertanarapidana
audiogramnonkolaborasi
awahamaPancasila
bikarbonatpanteisme
biokimiaparipurna
caturtunggalpoligami
dasawarsapramuniaga
dekameterprasangka
demoralisasipurnawirawan
dwiwarnareinkarnasi
ekawarnasaptakrida
ekstrakurikulersemiprofesional
elektrotekniksubseksi
infrastrukturswadaya
inkonvensionaltelepon
introspeksitransmigrasi
kolonialismetritunggal
kosponsorultramodern
Catatan:
(1)Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme
(2)Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

D. Gabungan Kata

1.Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengaranak-istri saya, buku sejarah-barumesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jamorang-tua muda
3.Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam

E. Kata Ganti kukaumu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kumu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan dike, dan dari

Kata depan dike, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dandaripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H. Partikel

1.Partikel -lah-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3.Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000 per helai.

I. Singkatan dan Akronim

1.Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A.master of business administration
M.Sc.master of science
S.E.sarjana ekonomi
S.Kar.sarjana karawitan
S.K.M.sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.bapak
Sdr.saudara
Kol.kolonel
b.Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPRDewan Perwakilan Rakyat
PGRIPersatuan Guru Republik Indonesia
GBHNGaris-Garis Besar Haluan Negara
SMTPSekolah Menengah Tingkat Pertama
PTPerseroan Terbatas
KTPKartu Tanda Penduduk
c.Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.dan lain-lain
dsb.dan sebagainya
dst.dan seterusnya
hlm.halaman
sda.sama dengan atas
Yth. (Sdr. Moh. Hasan)Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n.atas nama
d.a.dengan alamat
u.b.untuk beliau
u.p.untuk perhatian
s.d.sampai dengan
d.Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cukuprum
TNTtrinitrotoluen
cmsentimeter
kVAkilovolt-ampere
lliter
kgkilogram
Rp (5.000,00)(lima ribu) rupiah
2.Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRIAngkatan Bersenjata Republik Indonesia
LANLembaga Administrasi Negara
PASIPersatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIPInstitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIMSurat Izin Mengemudi
b.Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
AkabriAkademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
BappenasBadan Perencanaan Pembangunan Nasional
IwapiIkatan Wanita Pengusaha Indonesia
KowaniKongres Wanita Indonesia
SespaSekolah Staf Pimpinan Administrasi
c.Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
pemilupemilihan umum
radarradio detecting and ranging
rapimrapat pimpinan
rudalpeluru kendali
tilangbukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
  1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
  2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

J. Angka dan Lambang Bilangan

1.Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab :Ù ,Ù¡,Ù¢,Ù£,Ù¤,Ù¥,Ù¦,Ù§,Ù¨,Ù©
Angka Romawi :I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2.Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3.Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
  • Jalan Tanah Abang I No. 15
  • Hotel Indonesia, Kamar 169
4.Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
  • Bab X, Pasal 5, halaman 252
  • Surah Yasin: 9
5.Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a.Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
12
22
222
b.Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh
1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6.Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
  • Paku Buwono X
  • pada awal abad XX
  • dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
  • lihat Bab II, Pasal 5
  • dalam bab ke-2 buku itu
  • di daerah tingkat II itu
  • di tingkat kedua gedung itu
  • di tingkat ke-2 itu
  • kantornya di tingkat II itu
7.Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8.Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9.Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10.Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12.Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.


IV. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
  1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffleshuttle cockI'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
  2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal
baal
octaaf
pal
bal
oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe
aerodinamics
aerob
aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
haematite
hemoglobin
hematit
ai tetap ai
trailer
caisson
trailer
kaison
au tetap au
audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic
audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik
c di muka auo, dan konsonan menjadi k
calomelconstructioncubiccoupclassificationcrystal
kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal
c di muka eioe, dan y menjadi s
central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom
sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom
cc di muka ou, dan konsonan menjadi k
accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation
akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent
accessory
vaccine
aksen
aksesori
vaksin
cch dan ch di muka ao, dan konsonan menjadi k
saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique
sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
machine
eselon
mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
check
China
cek
Cina
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda
çastra
sabda
sastra
e tetap e
effect
description
synthesis
efek
deskripsi
sintesis
ea tetap ea
idealist
habeas
idealis
habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
systeem
stratosfer
sistem
ei tetap ei
eicosane
eidetic
einsteinium
eikosan
eidetik
einsteinium
eo tetap eo
stereo
geometry
zeolite
stereo
geometri
zeolit
eu tetap eu
neutron
eugenol
europium
neutron
eugenol
europium
f tetap f
fanatic
factor
fossil
fanatik
faktor
fosil
gh menjadi g
sorghum
sorgum
gue menjadi ge
igue
gigue
ige
gige
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus
ion
iota
iambus
ion
iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek
riem
politik
rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety
patient
efficient
varietas
pasien
efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus
akhir
khusus
akhir
ng tetap ng
contingent
congress
linguistics
kontingen
kongres
linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen
oenology
foetus
estrogen
enologi
fetus
oo (Belanda) menjadi o
cartoon
proof
pool
kartun
pruf
pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology
coordination
zoologi
koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
coupon
contour
gubernur
kupon
kontur
ph menjadi f
phase
physiology
spectograph
fase
fisiologi
spektograf
ps tetap ps
pseudo
psychiatry
psychosomatic
pseudo
psikiatri
psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur
pteridology
ptyalin
pterosaur
pteridologi
ptialin
q menjadi k
aquarium
frequency
equator
akuarium
frekuensi
ekuator
rh menjadi r
rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric
rapsodi
rombus
ritme
retorika
sc di muka aou, dan konsonan menjadi sk
scandium
scotapia
scutella
sclerosis
scriptie
skandium
skotapia
skutela
sklerosis
skripsi
sc di muka ei, dan y menjadi s
scenography
scintillation
scyphistoma
senografi
sintilasi
sifistoma
sch di muka vokal menjadi sk
schema
schizophrenia
scholasticism
skema
skizofrenia
skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio
action
patient
rasio
aksi
pasien
th menjadi t
theocracy
orthography
thiopental
thrombosis
methode
teokrasi
ortografi
tiopental
trombosis
metode
u tetap u
unit
nucleolus
structure
institute
unit
nukleolus
struktur
institut
ua tetap ua
dualisme
aquarium
dualisme
akuarium
ue tetap ue
suede
duet
sued
duet
ui tetap ui
equinox
conduite
ekuinoks
konduite
uo tetap uo
fluorescein
quorum
quota
fluoresein
kuorum
kuota
uu menjadi u
prematuur
vacuum
prematur
vakum
v tetap v
vitamin
television
cavalry
vitamin
televisi
kavaleri
x pada awal kata tetap x
xanthate
xenon
xylophone
xantat
xenon
xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
executive
taxi
exudation
latex
eksekutif
taksi
eksudasi
lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
exception
excess
excision
excitation
eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi
xc di muka aou, dan konsonan menjadi ksk
excavation
excommunication
excursive
exclusive
ekskavasi
ekskomunikasi
ekskursif
eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori
yangonin
yen
yuan
yakitori
yangonin
yen
yuan
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium
dynamo
propyl
psychology
itrium
dinamo
propil
psikologi
z tetap z
zenith
zirconium
zodiac
zygote
zenith
zirkonium
zodiak
zigot

Konsonan ganda

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro
accu
effect
commision
ferrum
solfeggio
gabro
aki
efek
komisi
ferum
solfegio
tetapi:
massmassa

Catatan

  1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
    Misalnya: kabarsirsakiklanperlubengkelhadir.
  2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

Akhiran asing

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standardisasiefektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standarefek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
advokaat
advokat
-age menjadi -ase
percentage
etalage
persentase
etalase
-al-eel (Belanda) menjadi -al
structural, structureel
formal, formeel
normal, normaal
struktural
formal
normal
-ant menjadi -an
accountant
informant
akuntan
informan
-ary-air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair
primary, primair
secondary, secundair
komplementer
primer
sekunder
-(a)tion-(a)tie (Belanda) menjadi -asi-si
action, actie
publication, publicatie
aksi
publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideëel
materieel
moreel
ideel
materiel
morel
-ein tetap -ein
casein
protein
kasein
protein
-ic-ics-ique-iek-ica (Belanda) menjadi -ik-ika
logic, logica
phonetics, phonetiek
physics, physica
dialectics, dialektica
technique, techniek
logika
fonetik
fisika
dialektika
teknik
-ic-isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic, electronisch
mechanic, mechanisch
ballistic, ballistisch
elektronik
mekanik
balistik
-ical-isch (Belanda) menjadi -is
economical, economisch
practical, practisch
logical, logisch
ekonomis
praktis
logis
-ileiel menjadi -il
percentile, percentiel
mobile, mobiel
-ism-isme (Belanda) menjadi -isme
modernism, modernisme
communism, communisme
modernisme
komunisme
-ist menjadi -is
publicist
egoist
publisis
egois
-ive-ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief
demonstrative, demonstratief
deskriptif
demonstratif
-logue menjadi -log
catalogue
dialogue
katalog
dialog
-logy-logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie
physiology, physiologie
analogy, analogie
teknologi
fisiologi
analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog
epiloog
analog
epilog
-oid-oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, hominoide
anthropoid, anthropoide
hominoid
anthropoid
-oir(e) menjadi -oar
trottoir
repertoire
trotoar
repertoar
-or-eur (Belanda) menjadi -ur-ir
director, directeur
inspector, inspecteur
amateur
formateur
direktur
inspektur
amatir
formatur
-or tetap -or
dictator
corrector
diktator
korektor
-ty-teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit
quality, qualiteit
universitas
kualitas
-ure-uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur
premature, prematuur
struktur
prematur

V. Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
  • Ayahku tinggal di Solo.
  • Biarlah mereka duduk di sana.
  • Dia menanyakan siapa yang akan datang.
  • Hari ini tanggal 6 April 1973.
  • Marilah kita mengheningkan cipta.
  • Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2.Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.III.Departemen Dalam Negri
A.Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B.Direktorat Jendral Agraria
1.
b.1.Patokan Umum
1.1Isi Karangan
1.2Ilustrasi
1.2.1Gambar Tangan
1.2.2Tabel
1.2.3Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b.Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan
8.Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)

1.Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
  • Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
  • Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
  • Satu, dua, ... tiga!
2.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
  • Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
  • Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
  • Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
  • Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
  • Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
  • Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
  • Dia tahu bahwa soal itu penting.
4.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itujadilagi pula,meskipun begituakan tetapi.
Misalnya:
  • ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
  • ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti oyawahaduhkasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
  • O, begitu?
  • Wah, bukan main!
  • Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
  • Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
  • "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."
7.Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
  • Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
  • Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
  • Surabaya, 10 mei 1960
  • Kuala Lumpur, Malaysia
8.Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9.Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya
  • Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
  • Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
  • Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13.Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)

1.Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

D. Tanda Titik Dua (:)

1a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
  • Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  • Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b.Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Misalnya:
  • Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
  • Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.Ketua
Sekretaris
Bendahara
 :
 :
 :
Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
b.Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu
 :
 :
 :
 :
Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
3.Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu :(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir :"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu :"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
4.Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.

E. Tanda Hubung (–)


1.Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....
2.Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3.Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4.Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
  • ber-evolusi
  • dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
  • tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
  • be-revolusi
  • dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
  • tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

F. Tanda Pisah (—)


1.Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3.Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
Misalnya:
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Elipsis (...)

1.Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
  • Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2.Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
  • Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

H. Tanda Tanya (?)

1.Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
  • Kapan ia berangkat?
  • Saudara tahu, bukan?
2.Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
  • Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
  • Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
  • Alangkah seramnya peristiwa itu!
  • Bersihkan kamar itu sekarang juga!
  • Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
  • Merdeka!

J. Tanda Kurung ((...))

1.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
  • Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
  • Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
  • Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3.Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
  • Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
  • Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
  • Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ([...])

1.Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
  • Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
  • Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

L. Tanda Petik ("...")

1.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
  • "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
  • Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
  • Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
  • Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
  • Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
  • Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
  • Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4.Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
  • Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5.Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
  • Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
  • Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal ('...')

1.Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
  • Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
  • "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2.Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
  • feed-back 'balikan'

N. Tanda Garis Miring (/)

1.Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atautiap.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut(dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar(harganya Rp25,00 tiap lembar)

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Alia 'kan kusurati.('kan = akan)
Malam 'lah tiba.('lah = telah)
1 Januari '12('12 = 2012)


Latihan:
01. Penulisan huruf kapital pada judul karangan yang benar terdapat pada ...
      A. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Anak
      B. Pengaruh Kehamilan Dini pada Ibu dan Anak
      C. Pencegahan AIDS Pada Praktik Pengobatan Gigi
      D. Pencegahan Penyakit Dalam Proses Melahirkan
      E. Penanggulangan Penyakit Kulit Pada Anak Balita

02. Penulisan huruf kapital pada nama bahasa, suku dan bangsa yang benar terdapat pada ...
      A. Orang Indonesia lebih menghargai Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia.
      B. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai Suku Bangsa.
      C. Sebagai bangsa Indonesia yang baik, kita harus rukun dan damai.
      D. Kalau perlu kita dapat meng-Indonesiakan kata asing.
      E. Tak perlu kita ke-Inggris-Inggrisan.

03. Penulisan kata turunan yang benar terdapat pada ...
      A. Betapa dahsyat pengaruh obat yang dapat menghancur leburkan penyakit.
      B. Kebaikan seharusnya disebar-luaskan kepada siapa saja supaya damai.
      C. Kata-kata penting perlu digaris bawahi agar mudah diingat.
      D. Darahnya keluar sampai menganak sungai.
      E. Jika sembuh kita perlu bertepuktangan.

04. Penulisan frasa yang benar supaya tidak ambigu terdapat pada ...
      A. Perawat harus menghormati pasien-tua muda.
      B. Hormatilah ibu bapak kita agar mereka selalu bahagia. 
      C. Seorang suami mencari nafkah untuk mencukupi  kebutuhan anak istri.
      D. Anak muda itu ke mana-mana selalu menggunakan alat pandang dengar.
      E. Satria sedang membaca buku sejarah baru.

05. Kata  yang ditulis benar
     A. di telantarkan           C. kebaratbaratan         E. mabuk mabukan
     B. di jual belikan           D. berjabat tangan

06. Penulisan kata yang benar terdapat pada ...
      A. Dia di tusuk dari belakang.
      B. Obat yang baik harus di simpan dalam kemasan yang baik.
      C. Rumah sakit yang baik harus menjaga ke disiplinan.
      D. Dokter itu di jamin piawai dalam mengobati pasien.
      E. Pasien itu akan dikirim ke rumah sakit yang lebih besar.

07. Penulisan kata turunan yang benar
     A. Ular piton ditemukan di pinggir kali Klawiing.
     B. Rumah itu di konrakan.
     C. Supaya rapi gudang itu harus di rapikan.
     D. Jika akan pergi ke tempat lain hendaknya berpamitan.
     E. Di tempat ini akan di dirikan rumah sakit baru.



Melayang-layang di atas langit masih ada langit (bcdadea)